Silent Prayers
Mixed Media
Variable Dimensions
2017
Apa yang terlintas dalam pikiranmu jika harus mendefinisikan arti atau makna do’a? Apa yang bisa mengubah prespektifmu jika tidak percaya do’a? Nasihat Bapak yang selalu saya ingat dan terngiang dalam pikiran saya adalah “hidup itu harus penuh dengan do’a”
Do’a adalah harapan. Manusia barangkali tidak bisa hidup tanpa mempunyai harapan yang bertransformasi menjadi keyakinan dan keinginan untuk mencapai sesuatu dan mengharuskan kita bergerak, serta mengusahakan terjadinya apa yang diinginkan.
Implementasi do’a ini saya coba terapkan dalam karya ‘Silent Prayers’. Instalasi rajutan berupa kiasan koral mati diharapkan menjadi pengingat untuk lebih mawas diri terhadap keberadaan lingkungan sekitar. Alam rusak tidak akan pernah kembali baik jika tidak menjaganya. Do’a bisa jadi hanya sebuah panggilan dan harapan kosong tanpa adanya perbuatan untuk merealisasikannya.
What goes through your mind when must define the interpretation or the meaning of a prayer? What can change your perspective if you don’t believe in prayer?
One advice from my father that i always remember and stuck in my mind is “life must be filled by prayers
A prayer is a hope. A human being may not be able to live without hope. that would transform into a faith and desire to achieve something and force us to move and make and effort to make what we want comes true.
I try to apply this implementation of prayer in this piece of work, ‘Silent Prayers’ . A knitting installation as a metaphor for dead coral that, hopefully, can be a reminder for us to be more aware of the environment around us. if we don’t care, we won’t be able heal the damaged nature. A prayer can only be a calling and an empty hope without an effort to realise it.
This Work was made with the help of:
Mogus House : Dian Fidianingrum, Trisna Hakiki Mochtar, Laurensia Tanesia Lalong, Ari Novita, Maimunah Retno Aviena, Novri Sentot Bintangu, Warsito, Norita Wibowo.
Mogus Workshop Sorogenen & Kaliurang : Bu Sri, Bu Sukini, Bu Ngatijah, Bu Etik, Bu Nunu, Bu Maratus, Mba Evi dan Mas Joko.